"..Isyhaduu bi anna muslimuun: Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang muslim" (QS. Ali Imran [3] : 64)
ISLAM, memang telah disediakan oleh Allah SWT untuk menjadi manhaj kehidupan manusia. Secara kauniyah, seluruh makhluk di bumi ini tidak bisa lepas dari ketentuan Allah SWT yang berlaku di alam semesta. Oleh karena itu, manusia harus tunduk kepada hukum alam (yang sudah ditentukan oleh Allah), suka maupun tidak suka. Tidak ada seorang pun manusia yang bisa keluar dari ketentuan Allah di alam semesta ini.
Mencermati fenomena hukum Allah di alam ini, kita dapat melihat bagaimana perilaku orang-orang yang di satu sisi begitu terikat dengan hukum Allah (di alam semesta), namun di sisi lain menolak bahkan menentang hukum Allah yang lain (manhaj atau sistem hidup-Nya). Fakta tersebut bisa dikatakan sangat ironis,bahkan mungkin tidak tahu diri. Segala fasilitas hidup dari Allah dinikmati, sementara aturan main-Nya ditolak. Itulah mengapa Allah memberi julukan kepada manusia sebagai zhaluuman jahuulan (zhalim lagi bodoh).
Apabila manusia memahami kemuliaan yang telah Allah anugerahkan kepadanya dan juga memahami dengan cara bagaimana kemuliaan tersebut dapat terus dipelihara, tentu siapapun tidak akan memiliki keberanian sedikitpun untuk memilih jalan hidup yang akan menjerumuskannya kepada kehidupan yang menyeretnya ke lembah kehinaaan. Kemudian manusia terletak pada ketakwaannya, yaitu ketundukan, ketaatan, dan kepasrahan kepada hukum Allah baik alami maupun manhaji (sistem/aturan hidup).
Muslim adalah orang yang tunduk kepada dua hukum tersebut. Dia seorang yang begitu menyadari dan memahami bahwa kehidupannya di alam fisik harus sesuai dengan kaidah-kaidah alam. Tidak boleh menentangnya, karena menentang hukum alam akan mengakibatkan kehidupannya tidak normal. Misalnya, manusia perlu makan yang bergizi dan teratur; manusia perlu tidur yang cukup dan berkualitas; dan manusia perlu dukungan berbagai fasilitas hidup yang lain, agar kehidupannya menjadi mudah. Pada aspek lain, setiap muslim harus tunduk pada sistem hidup yang berasal dari Allah. Penentangan terhadap sistem Islam dalam kehidupan akan menyeretnya menjadi manusia yang merugi. Walaupun dalam kehidupan di dunia seolah sukses, tetapi kehidupan akhiratnya -yang abadi- akan sengsara.
Kesuksesan pada dua sisi kehidupan -dunia dan akhirat- harus diraih oleh setiap muslim. 'Hidup layak' dan memiliki 'idealisme Islam' adalah kehidupan ideal seorang muslim yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Segala upaya untuk meraih kedua hal tersebut secara bersama-sama -tidak memforsir satu aspek dengan meninggalkan aspek lainnya- termasuk kategori jihad.
Kesalahan pemahaman terhadap aspek tersebut menyebabkan Islam menjadi lemah, baik dalam lingkup individu maupun lingkup komunitas (jamaah). Akibatnya, umat Islam kalah bersaing dalam berbagai lapangan kehidupan.
Secara umum, kelemahan umat Islam bermula dari lemahnya pemahaman dan keyakinan terhadap Islam itu sendiri. Kelemahan pemahaman menyebabkan umat Islam tidak memahami bahwa Islam adalah sistem yang utuh meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, menjangkau seluruh pelosok dunia dan mendatangi setiap zaman. Sementara kelemahan keyakinan menyebabkan umat Islam pesimis dengan kemampuan sistem Islam untuk bersaing dengan sistem buatan manusia.
Al Fahmu (kepahaman) menjadi kunci untuk memahami segalanya walaupun memang kepahaman bukan segala-galanya. Upaya untuk memahamkan setiap muslim terhadap Islam dengan segala makna, historis, dan agenda masa depan menjadi awal dari segala agenda untuk 'membela Islam' dan menyongsong kebangkitannya.
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dengan meneguhkan kedudukanmu" (QS. Muhammad [47] : 7)
Mencermati fenomena hukum Allah di alam ini, kita dapat melihat bagaimana perilaku orang-orang yang di satu sisi begitu terikat dengan hukum Allah (di alam semesta), namun di sisi lain menolak bahkan menentang hukum Allah yang lain (manhaj atau sistem hidup-Nya). Fakta tersebut bisa dikatakan sangat ironis,bahkan mungkin tidak tahu diri. Segala fasilitas hidup dari Allah dinikmati, sementara aturan main-Nya ditolak. Itulah mengapa Allah memberi julukan kepada manusia sebagai zhaluuman jahuulan (zhalim lagi bodoh).
Apabila manusia memahami kemuliaan yang telah Allah anugerahkan kepadanya dan juga memahami dengan cara bagaimana kemuliaan tersebut dapat terus dipelihara, tentu siapapun tidak akan memiliki keberanian sedikitpun untuk memilih jalan hidup yang akan menjerumuskannya kepada kehidupan yang menyeretnya ke lembah kehinaaan. Kemudian manusia terletak pada ketakwaannya, yaitu ketundukan, ketaatan, dan kepasrahan kepada hukum Allah baik alami maupun manhaji (sistem/aturan hidup).
Muslim adalah orang yang tunduk kepada dua hukum tersebut. Dia seorang yang begitu menyadari dan memahami bahwa kehidupannya di alam fisik harus sesuai dengan kaidah-kaidah alam. Tidak boleh menentangnya, karena menentang hukum alam akan mengakibatkan kehidupannya tidak normal. Misalnya, manusia perlu makan yang bergizi dan teratur; manusia perlu tidur yang cukup dan berkualitas; dan manusia perlu dukungan berbagai fasilitas hidup yang lain, agar kehidupannya menjadi mudah. Pada aspek lain, setiap muslim harus tunduk pada sistem hidup yang berasal dari Allah. Penentangan terhadap sistem Islam dalam kehidupan akan menyeretnya menjadi manusia yang merugi. Walaupun dalam kehidupan di dunia seolah sukses, tetapi kehidupan akhiratnya -yang abadi- akan sengsara.
Kesuksesan pada dua sisi kehidupan -dunia dan akhirat- harus diraih oleh setiap muslim. 'Hidup layak' dan memiliki 'idealisme Islam' adalah kehidupan ideal seorang muslim yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Segala upaya untuk meraih kedua hal tersebut secara bersama-sama -tidak memforsir satu aspek dengan meninggalkan aspek lainnya- termasuk kategori jihad.
Kesalahan pemahaman terhadap aspek tersebut menyebabkan Islam menjadi lemah, baik dalam lingkup individu maupun lingkup komunitas (jamaah). Akibatnya, umat Islam kalah bersaing dalam berbagai lapangan kehidupan.
Secara umum, kelemahan umat Islam bermula dari lemahnya pemahaman dan keyakinan terhadap Islam itu sendiri. Kelemahan pemahaman menyebabkan umat Islam tidak memahami bahwa Islam adalah sistem yang utuh meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, menjangkau seluruh pelosok dunia dan mendatangi setiap zaman. Sementara kelemahan keyakinan menyebabkan umat Islam pesimis dengan kemampuan sistem Islam untuk bersaing dengan sistem buatan manusia.
Al Fahmu (kepahaman) menjadi kunci untuk memahami segalanya walaupun memang kepahaman bukan segala-galanya. Upaya untuk memahamkan setiap muslim terhadap Islam dengan segala makna, historis, dan agenda masa depan menjadi awal dari segala agenda untuk 'membela Islam' dan menyongsong kebangkitannya.
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dengan meneguhkan kedudukanmu" (QS. Muhammad [47] : 7)